Kukkuruyuuukk…. Kukkuruyuuukk
Tepat
pukul 02.00 Marlam bangun dari tidurnya lalu bergegas menuju pasar membawa
sayuran dan barang dagangan yang telah
ia persiapkan sebelum tidur tadi. Diayunya pedal sepeda warisan ayahnya enam
tahun lalu. Seperti biasa, satu kilometer sebelum sampai pasar ia mampir ke
rumah Banun untuk berangkat bersama. Banun orangnya memang sulit bangun, harus
ditarik tarik terlebih dahulu baru sadar.
Sudah delapan tahun ia berteman dengan Banun dan rutin berjualan di
pasar bersama. Sesampainya di pasar mereka menuju ke lapak masing masing untuk menjajakan
barang dagangan. Pada pukul 01.00 pasar itu memang sudah ramai dikerumuni
pembeli, maka pasar itu dinamakan pasar Dendeng, pasar yang bukan di
ni hari.
“Bagaimana kondisi Rodin, sudah
tidak rewel lagi ?”, Tanya Banun sembari memotong daging jualanya.
“Semenjak ia kubawa ke mbah Surip malah jadi pendiam”,
“Bagus dong berarti ?”,
“Iya, tapi aku mulai khaw"atir
“,
“Khawatir kenapa ?”,
“Dia menjadi pemurung dan tidak
pernah keluar kamar pada pukul 20.00 malam untuk film Raden Kian Santang kesukaanya”,
“Eh, itu bu Nur belum balik juga
semenjak kena razia Sat Pol PP dua hari yang lalu. Kata Banun menyela”.
Marlam
hanya memandang lapak Nur lalu fokus menata dagangannya kembali. Memang dua
minggu terakhir ini petugas keamanan sedang gencarnya merazia gembel yang
menurutnya mengganggu keindahan kota. Minggu sebelumnya di pasar Batujai bapak
bapak tukang sol sepatu dan penjual roti kukus di bawa ke balai rehabilitasi. Tidak
jelas apa yang dilakukan di tempat tersebut, yang pasti setiap orang yang
keluar, kembali melakukan rutinitas sebelumnya. Menurut pengakuan orang yang
telah keluar dari rumah tersebut ia diberi pelatihan keterampilan dan setelah
dirasa mampu kemudian dibebaskan.
“Nek aku seneng diberi pelatihan
menjahit, tapi setelah keluar aku mau
bagaimana ? wong modal aja aku gak punya?”, curhat Akim.
“Nek aku yo mangkel tenan. Aku ra
ngerti kok awaku di razia pisan ? salahku opo kurangku opo ? mereka menuduhku
gepeng”, Balas Udin.
Tiba
tiba pria berwajah tirus disampingnya menyaut dan menjelaskan bahwa pemerintah
masih gamang dengan peraturan Gepeng (Gelandangan dan Pengemis) tersebut. Kalau
dalam peraturanya yang disebut gepeng adalah orang yang tidak memiliki tempat
tinggal dan KTP.
“Lah, Aku Omah duwe, KTP duwe?”,
potong Akim
“Yo mangkane pak, pemerintah iki
iseh galau karo kebijakane dewe”.
****
Hari
ini Marlam memilih pulang lebih awal karena masih khawatir dengan kondisi
anaknya yang tiba tiba berubah sekembalinya dari dukun, terlebih dini hari tadi
ia tidak mempersiapkan sarapan untuknya.
“Dia pasti sudah ngamuk ngamuk”,
Pikirnya
Setibanya
di perempatan jalan ia kaget karena banyak teman temanya di pasar berlarian
kesana kemari tak tahu arah. Dia berhenti mengayunkan sepeda dan bertanya namun
tidak ada yang menjawab.
Ayo ikut kami, hardik petugas
dari belakang sambil memegang tubuhnya.
Marlam
hanya diam tanpa berbicara sepatah pun. Ia tahu kalau dia akan direhabilitasi
dan akan diberi keterampilan. Namun hal tersebut akan sia sia, karena seberapa
mahir pun ia dari pelatihan tersebut ia tidak akan punya modal untuk membuka
usaha lain selain berjualan sayur di pasar. Air matanya keluar, ia ingat
anaknya dirumah yang sampai siang ini belum makan. Dia diam menundukan kepala
di mobil petugas yang membawanya ke
tempat penampungan. Sepanjang perjalanan hanya anaknya yang dipikirkan.
Kagetnya
bukan main setibanya di penampungan, ia menemukan anaknya tertunduk kaku
disudut tempat tersebut. Dipeluknya anaknya erat. Namun anaknya tetap menunduk
tidak berbicara apapun. Rupanya ia masih murung. Ditanyanya kenapa bisa sampai
di tempat ini. Anaknya tetap diam, seolah olah tidak terjadi apa apa.
Dua
minggu dipenampungan, merasa bekal ilmunya sudah cukup untuk membuka usaha
baru. Tapi Marlam tetap bingung mau nyari modal dari mana. Pemerintah hanya
memberikan bantuan keterampilan, sedangkan modal untuk mewadahkan keterampilan
tersebut tidak ada. Akhirnya Marlam memilih kembali ke jalan awal hidupnya. Dua
bulan berselang, ia kembali ditangkap dan kembali melakukan aktifitas yang sama
setelah keluar. Keterampilan yang didapat hanya sebatas pengetahuan yang tidak
bertuan.
Jejak Imaji, 03 April 2015, Yk
No comments:
Post a Comment