Thursday 21 May 2015

Pemilwa, Padamu Jua !

Hajat demokrasi tahunan akan dilaksanakan kurang dari dua minggu lagi. Namun belum terdengar hingar bingar kegaduhan politik. Sejauh ini yang masif terlihat hanyalah pamflet informasi seputar pemilwa dari Komisi Pemilihan Umun Mahsiswa (KPUM). Belum ada beredar isu atau desas-desus di kalangan mahasiswa mengenai program partai mahasiswa dan siapa calon yang akan mereka usung. Kehidupan kampus masih berjalan seperti sedia kala, normatif.  Suasana kampus yang adem-ayem menjelang pemilwa ini patut kita kritisi. Jangan sampai pengalaman pemilwa tahun lalu yang berujung aklamasi terulang kembali. Semangat demokrasi bisa tercermin tidak hanya dari kesiapan pelaksaan pemilwa, melainkan semangat dari partai mahasiswa dalam mensosialisasikan program yang mereka tawarkan.  Di samping itu pastisipasi aktif dari mahasiswa sebagai konstituen juga menjadi hal wajib.


Bukan tanpa alasan kenapa kita memilih pemilwa sebagai ajang mencari presiden mahasiswa. Mekanisme ini telah melewati proses perdebatan yang panjang dan rumit. Salah satu alasan mendasar adalah karena kampus adalah miniatur negara  maka seyogyanya menerapkan sistem yang berlaku di dalam negara. Harapannya, setidaknya  mahasiswa paham akan demokrasi. Tapi harapan itu terasa sulit terwujud. Melihat realita yang terjadi masih jauh dari kata demokratis.

Pemilwa merupakan gerbang utama dalam mewujudkan cita-cita harmonisasi kehidupan kampus yang selama ini tersita oleh kepentingan pemangku jabatan dan golonganya. Pemilwa kali ini bisa menjadi ajang pembuktian keseriusan partai mahasiswa dalam menampung aspirasi mahasiswa. Karena peran dan fungsi partai mahasiswa selama ini ibarat kerupuk di warung mie ayam, antara ada dan tiada. Tidak banyak mahasiswa yang tahu akan keberadaan partai mahasiswa. Hal ini yang harus dibenahi. Bagaimana mungkin partai –yang katanya- sebagai penyalur aspirasi tapi tidak dikenali oleh konstituenya? Partai selama ini –asumsi saya- belum tahu cara mengaktualisasikan dan mengeksternalisasikan program yang mereka punya. Atau jangan jangan mereka tidak punya program? Entahlah.

Keberadaan partai mahasiswa harus menjadi bahasan serius karena mengingat minimnya pengetahuan mahasiswa mengenai partai. Ini akan berpengaruh terhadap jumlah pemilih. Partai pun sejauh ini masih gamang dalam menjalankan program -jika ada-  dan anggota mereka yang duduk di pemerintahan pun tidak tahu cara menjalankanya. Partai hanya memandang pemilwa sebagai ajang merebut kursi sebanyak-banykanya. Tanpa mempertimbangkan fungsi mereka duduk di kursi sebagai apa. Dari tahun ke tahun aktifitas partai tidak nampak, tidak ada perubahan.

Partai mahasiswa harus memiliki cara jitu untuk menggaet masa, seperti: menyebar pamflet berisi program yang pro kepada mahasiswa, membuat media sebagai penyalur gagasan, baik melalui brosur atau media sosial. Terakhir yang paling penting adalah pengkaderan. Guna mempertahankan eksistensi partai kader militan sangat diperlukan. Tidak sampai di situ, partai mahasiswa pun harus mengadakan gerakan serta advokasi yang sesuai dengan ideologi masing-masing partai. Salah satu contohnya adalah dengan kesibukan tiap parpol dalam menggalang suara seperti mengadakan diskusi, pelatihan, bakti sosial, dll.

Kita patut was-was akan  pengalaman Pemilwa tahun 2014 lalu akan terulang kembali, yakni terpilihnya presiden mahasiswa secara aklamasi karena tidak adanya lawan. Kita selalu menuntut KPUM untuk bekerja maksimal dalam menyelenggarakan pemilwa. Namun ada yang luput dari perhatian kita selama ini. Yakni minimnya sosialisasi dari partai mahasiswa mengenai program yang mereka tawarkan dan latar belakang kandidat yang mereka usung. Mahasiswa sebagai konstituen harus paham akan hal tersebut, sehingga tidak terkesan membeli kucing dalam karung.

No comments:

Post a Comment