Wednesday 4 March 2015

Wajah Mahasiswa Kini

  Kali ini saya tertarik untuk menulis tentang mahasiswa. Baik dari segi kehidupan, kegiatan dan hal hal yang dilakukanya. 
Idiom yang sering terucap ketika membahas mahasiswa adalah mahasiswa sebagai agen perubahan, kontrol sosial, memiliki tanggung jawab terhadap pembangunan masyarakat dan istilah istilah yang terkesan heroik lainya. Tidak salah memang ketika memberikan cap tersebut kepada mahasiswa, karena jika melihat sejarah mahasiswa memberikan pengaruh terhadap arah negara dan turut andil dalam memberikan kebijakan dan turut serta dalam menamgbil keputusa
n. Semenjak terbentuknya organisasi pemuda Budi Utomo tahun 1928 masa itu ialah embrio dari gerakan gerakan yang muncul setelahnya.    Salah satu yang paling terkenal ialah aksi penggulingan Soeharto dari rezimnya yang bertahan selama 32 tahun membuat masyarakat gerah dan aksi mahasiswa tahun 1998 sebagai klimaksnya.
  Di balik aksi yang selama ini santer terdengar. Gerakan mahasiswa juga merambah ketingkat bawah. Mereka memberikan pemahaman, mengedukasikan bahkan mengonsolidasikan masyarakat dan buruh untuk merebut apa yang seharusnya menjadi hak mereka. Daya juang mahasiswa waktu itu amat kuat karena berlatar belakang kehidupan yang sama yakni, kemiskinan dan kesenjangan sosial. Aksi 1998 merupakan wujud persatuan yang solid dari mahasiswa. Kala itu terlibat tiga universitas dengan hampir 3000 ribu mahasiswa turun ke jalan dan menduduki parlemen. 
  Terlepas dari sejarah gerakan mahasiswa yang heroik di atas. Kemudian melihat realitas peran mahasiswa sekarang ini kita patut bertanya, kemana gerakan yang pro rakyat dan berjuang rela mati demi merebut hak yang hilang tersebut? Apa gerangan sekiranya yang membuat gerakan tajam lancip tersebut menjadi mandul? 
  Coba kita bahas satu persatu. Pertama, hal yang menjadi penyebab adalah terpisahnya kehidupan mahasiswa dari masyarakat. Sehingga realitas negerinya tidak dirasakan lebih mandalam. Kampus yang berdiri megah dengan pagar pembatas yang kokoh lebih memper parah keadaan. Mahasiswa yang sejatinya ketika ia lulus akan hidup dan bermasyarakat menjadi gagap ketika disuguhkan kondisi sosial masyarakat. 
Kedua, berkembangnya kapitalisme di negeri ini menjadi sebab lain. Tumbuh suburnya kapitalisme yang ditandai dengan kehidupan sosial yang konsumtif yang menjalar ke kehidupan hedonis membuat gaya hidup individualis menyebar. Mahasiswa sudah barang tentu terkena virus kapitalis ini. Gaya hidup mereka yang cenderung materialistis sehingga cuek dengan kondisi sosial sehingga mereka apatis. Kini mereka yang berstatus mahasiswa di golongkan menjadi rakyat golongan menegah ke atas. Ini karena biaya kuliah yang mahal dan gaya hidup mahasiswa yang konsumtif tanpa bertindak produktif. 
Kapitalisasi pendidikan yang menerpa membuat mahasiswa hanya akan fokus terhadap kuliah dan mengesampingkan peran kontrol sosialnya. Bagaimana tidak, pikiran bahwa biaya kuliah yang mahal membuat mereka berpikir dua kali jika terjun ke masyarakat dan proses belajarnya tidak maksimal. Hal inilah yang membuat pendewaan terhadapa IPK meningkat. Mahasiswa akan fokus terhadap hasil yang akan mereka terima dengan berbagai cara tanpa mempertimbangkan proses. Padahal proses adalah hasil yang terbaik. Baik tidaknya suatu hasil terlihat dari proses yang dilakukan. Soft skill yang paling penting sebagai modal bermasyarakat mereka kesampingkan demi deretan angka yang menurutnya memuaskan. 
  Penyebab ketiga adalah pemikiran yang serba instan. Dampak dari mendewakan IPK adalah mereka rela menempuh cara apapun demi hasil yang maksimal. Tidak heran jika lembaga lembaga yang mendahulukan hasil merebak, bimbel misalkan. Lembaga bimbingan belajar ini menanamkan pikiran kepada siswa bahwa proses hanyalah ornamen dalam mencapai hasil. Sehingga kualitas orang yang masuk di perguruan tinggi pun adalah mental mental ketela yang mendambakan hasil. Alhasil ketika mengikuti perkuliahan dan mengerjakan tugas mereka cenderung memilih jalan pintas dengan copy paste. Sehingga mereka menjadi manja dan memuja pemikiran yang tumpul. 
  Kesimpualan
Tulisan singkat di atas mencoba menjabarkan sejarah dan apa yang seharusnya mahasiswa lakukan. Meski di era sekarang ini- sudah jarang terdengar aksi yang dilakukan mahasiswa untuk membela kepentingan rakyat- mahasiswa hanya bergerak untuk membela kepentingan pribadi dan kelompoknya. 
Penyebab mandulnya gerakan mahasiswa di atas tentu bukanlah terjadi dengan sendirinya. Melainkan pengaruh dari kegiatan politik pemerintah dan gencarnya modal asing yang akhirnya lulusan perguruan tinggi akan menyesuaikan dengan kebutuhan pemodal. Pemerintah tentu harus bergerak cepat dan sigap demi berjalanya pendidikan yang tanpa intervensi dan peserta didik berproses sesuai dengat minatnya. 


* Penulis adalah mahasiswa jurusan Sastra Inggris Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Saat ini aktif di UKM Pers Mahasiswa POROS UAD

No comments:

Post a Comment