Sunday 1 March 2015

Soekarno VS Soeharto dalam Sajak


Sajak Kurniaji Satoto yang akrab dibully Sitok, ini menurut saya adalah sajak yang mencoba mengajak kita untuk merenungi dan mengingat kembali sejarah kelam masa lalu bangsa ini. Yang dimana sejarah merupakan bukti kongkrit suatu peradaban manusia. Denganya kelompok manusia tersebut diakui keberadaanya dan memiliki identitas (Bintang:2015).
Dalam sajaknya yang berjudul Keramik,  Sitok menguraikan kondisi sosial yang berbeda dalam masa pemerintahan yang berbeda (Soekarno dan Soeharto).  Kondisi sosial era soekarno dihadirkan Sitok dalam penggalan sajaknya berikut i
ni :

Di dalam rumah ,
keramik-keramik yang semula tertata 
kini menggunung, menonjolkan
siapa yang pantas dipandang agung
sampai-sampai bila diinjak dang ding dung 
tanda dalam suwung

Di era Sorkarno satu satunya musuh bangsa ini adalah kolonialisme. Waktu kemerdekaan diproklamirkan tahun 1945 segenap rakyat Indonesia bergerak bersama dalam membangun karakter dan identitas bangsa,  karena mereka paham bahwa negaranya yang baru tumbuh butuh kekompakan untuk memajukanya.
Di dalam menjalani hidup rakyat tidak mengenal golongan sosial apalagi golongan kelas. Semua duduk sama rata dan berdiri sama tinggi. Di keseharianya Anggota DPR sering terlihat makan bareng dengan tukang becak di warteg dan pakaian yang mereka kenakan sejenis. Tidak ada perbedaan.  Karakter serta mental bangsa betul betul ditanamkan oleh Soekarno. Tidak ada kata si miskin dan si kaya. Tidak pernah terdengar orang galau apalagi mau bunuh diri. Semua menerima nasibnya masing masing.
Keramik keramik yang tertata rapi ini kemudian menggunung pada tahun 1965 dan mengangkat yang menonjol sebagai pemimpin. Rakyat yang dahulu melawan para kolonialis kini melawan sesamanya. Belum genap lima tahun waktu Soekarno mengatakan kelak musuh terbesarmu adalah bangsamu sendiri Pada HUT kemerdekaan ke 13. Apa yang diperingatkan Soekarno tersebut telah terjadi. Perubahan perilaku sosial kemudian berubah dari masyarakat yang sebelumnya humanis berganti menjadi materialis yang membuat jurang kemiskinan samakin terjal. Kisah seram melebihi Annabele muncul dimasa masa Soeharto
Tentu kita tidak bisa acuh terhadap sejarah kelam pembantain dua juta lebih masyarakat indonesia pada tragedi 30S/PKI tahun 1965 (Pramoediya Ananta Toer). Pelanggaran HAM terbesar abad ke 20 yang didalangi oleh Soeharto (Angkatan Darat) dengan menuduh PKI sebagai pelaku pembunuhan enam jederal pada waktu itu. Tuduhan tersebut menjadi legitimasi kubu Angkatan Darat untuk memusnahkan PKI dan simpatisanya(Hilmar Farid). Singkat cerita, berdirilah Soeharto di tampuk kepemimpinan di negara ini atas dasar Supersemar (surat perintah sebelas maret).
     Rakyat Indonesia, di bawah kepimpinan Soeharto hidup dengan ketakutan. Tapi mereka tidak hanya diam dan meratapi nasib, mereka mencoba bangkit dan memperjuangkan nasibnya sendiri. Terbukti dengan berbagai konflik besar yang terjadi selama kurun waktu 32 tahun rezim orde baru. Rakyat banyak melakukan perlawanan yang di antaranya adalah kisruh Malari (lima belas januari 1974, Trisakti dan Semanggi 1998. Tidak hanya dibidang kemanusiaan, kesengsaraan juga dirasakan rakyat dalam bidang ekonomi. Kecilnya nilai tukar rupiah serta minimnya daya beli masyarakat akan kebutuhan pokok menjadi isu besar lainya. Kondisi tersebut terilustrasikan dengan penggalan sajak sebagai berikut :

 “keramik-keramik itu memberontak karena sering diinjak!”
Begitulah kata penghuni rumah melemparkan opininya

Rakyat diumpamakan sebagai keramik yang hanya di injak kapanpun pemilik rumah mau. Rumah yang dianalogikan sebagai Indonesia dan pemilik Rumah sebagai pemimpin yang diktator.
Soeharto tentu tidak sendiri dalam kediktatoranya. Kekuasaaanya yang berjalan selama 32 tahun merupakan bantuan dan dukungan yang telah ia bangun dari dalam tubuh Angkatan Darat. Anak buah setianya tidak mengenal lelah dalam menjalankan tugas kenegaraan. Sehingga perintah apapun yang diberikan sang empunya rumah, prajurit (tukang keramik) akan melaksanakanya dengan senang hati. Ada penghuni yang berisik akan didiamkan, yang melawan disembunyiman, yang berontak ditiadakan. Berbagai upaya dilakukan mulai dari membuat pengaman melalui Petrus,  penembak misterius, jika ada penghuni yang membangun konsolidasi maka peluru panas meradang di dadanya. Sebagaimana yang dikatakan Sitok dalam sajaknya :


Karena tak dapat kepastian, akhirnya tukang keramik pun didatangkan

Ia memandang dan mendekat
Memastikan bagian mana saja harus dikerjai
“Pak, ini keramik akan saya congkel dan saya tertibkan
tapi nanti pasti ada korban!” kata si tukang keramik
Bapak menjawab
“Pokoknya saya terima jadi mas!

Apa yang diperbuat sang penguasa 32 tahun akhirnya menemukan perebahanya. Ia dikudeta oleh rakyatnya yang selama ini ia pasung dalam ketakutan. Rakyat yang terlepas dari pasung balik menyerang dari berbagai sudut dan masalah yang berbeda terhadap si penguasa. Fitnah muncul ancaman bertebaran.  Ini merupakan konsekurnsi logis mengenai apa yang dilakukanya.

No comments:

Post a Comment