Wednesday 11 January 2017

Kisah Unik di Balik Nama


“What’s your name?”
 
“Bintang.”

“Bintang? Like a beer.”

“Hahaha,” kami tertawa.

Lissa, wisatawan asal Jerman tertawa mendengar nama saya. Pikirannya langsung tertuju pada pada jenis minuman beralkohol ketika saya memperkenalkan diri. 

Saya menemui Lissa di Malioboro. Sore itu, saya sedang mencari wisatawan asing untuk merampungkan tugas conversation. Dosen saya mensyaratkan tugas ini sebagai tugas akhir. Sudah dua kali saya ke Malioboro untuk mencari bule, namun baru di kali kedua saya berhasil mendapatkan bule yang bersedia diajak ngobrol sembari direkam. Sebelumnya, para bule menolak karena alasan privasi. 


Kembali ke soal nama. Tidak hanya Lissa, banyak teman sejawat yang juga terheran dengan nama saya. Bahkan ada yang meledek Bintang cocoknya nama perempuan. Guru-guru saya juga lebih akrab memanggil saya Bintang Kejora ketimbang nama lengkap saya. 

Pernah juga teman satu kampus menyarankan saya menikah dengan perempuan bernama Bulan. Sarannya, anak kami nantinya akan diberi nama Matahari, Meteor atau Jupiter. Ya, dia menginginkan saya memiliki keluarga penghuni galaksi bima sakti. 

Saya pernah menanyakan asal-usul nama Bintang. Ibu waktu itu menjelaskan ketika lahir, bapak sedang kagum-kagumnya sama aktivis di zaman Orde Baru, Sri Bintang Pamungkas. Oleh karenanya, tanpa berpikir panjang, sehabis mengumandangkan adzan di telinga saya, bapak langsung menyematkan nama Bintang pada diri saya. Harapannya mungkin kelak saya bisa sekeren dia. Tapi, baru-baru ini Sri Bintang Pamungkas ditangkap polisi karena tuduhan makar. Duh. 

Oleh teman dekat, nama saya kerap kali dipermak sedemikian rupa untuk menambah kesan mengejek. Mereka menyematkan huruf A di tengah nama. Jadilah mereka memanggil saya Binatang. Sial!

Setiap orang pasti memiliki kesan tersendiri dengan namanya. Ada yang suka ada yang tidak. Ada yang sedih ada yang senang. Nano-nano rasanya. Bahkan saking senengnya, mereka sampai membuat perkumpulan nama serupa. Agus Mulyadi, seorang blogger, pernah mengupayakan mengumpulkan pemilik nama Agus seantero Indonesia. Tak tanggung-tanggung, yang menjadi anggota kelompoknya adalah Agus Yudhono, Agus Rinto Harahap, hingga Auguste Comte (Haha yang terakhir ini bohongan). 

Tidak berhenti di situ, sebuah warung makan di Jogja sampai menggratiskan pemilik nama Agus untuk makan di tempat itu. Syaratnya mudah, cukup tunjukkan KTP sebagai bukti. Ajaib. 

Di Indonesia memang banyak nama-nama unik dan mirip. Tak jarang nama ini menyebar lintas pulau, lintas budaya dan agama. Kamu pasti punya teman yang memiliki nama-nama mainstream seperti Udin, Budi, Joko, Nurul, Siti, Ahmad, dll. 

Namun sayang, saya tidak bisa meniru jejak para pemilik nama Agus. Bagi saya, mereka cukup revolusioner dan kurang kerjaan. Tentu saya memiliki cita-cita serupa dengan mereka, namun tampaknya agak sulit. Amat jarang saya menemui pemilik nama Bintang selain diri saya. Kalau sekedar tahu sih banyak, tapi kenal langsung tidak ada. 

Jika kamu pemilik nama Bintang atau punya teman bernama Bintang, yuk kita bikin perkumpulan dan menyinari dunia! Haha.

No comments:

Post a Comment