Saturday 16 January 2016

Hanya Ingin Menulis Saja

 
    Seperti judul. Kali ini saya tak ingin membahas apapun, mengomentari apalagi mencaci siapapun. Saya hanya ingin corat-coret saja. Toh, di dunia ini tidak ada yang sempurna. Semua memiliki celah. Bukankah hidup seperti kertas kosong yang siap dicoreti apapun? Itulah yang akan saya lakukan pada blog ini. Untuk bagus tidaknya, biarkan nanti sejarah yang menilai.

     "Ide yang baik adalah ide yang ditulis, bukan yang dipikirkan." Itu adalah quote versi saya yang disadur dari quotenya Bob Sadino, "Bisnis yang bagus adalah bisnis yang dijalankan, bukan yang dipikirkan." Haha. Kurang lebih seperti itu.

     Oleh karenanya, berangkat dari kata mutiara yang saya buat tersebut saya termotivasi menulis ini. Meskipun tidak jelas apa yang akan dibahas, yang penting menulis. Tulislah apapun itu!  Sebelum namamu tertulis di batu nisan. Bukankah Pram pernah bilang bahwa menulis itu hidup untuk keabadian?

Namun saya jadi ragu, keabadian seperti apa yang akan lahir dari tulisan macam ini?

    Kalau mau jujur tulisan ini berawal dari kegelisahan saya yang hari ini belum mendapat satupun ide tuk ditulis. Hingga pukul 01.20, saat saya mulai menulis ini, tak satupun ide bercokol di benak saya. Hingga akhirnya terbersit untuk menulis sekenanya, apapun itu. Tak perduli orang akan seneng atau tidak. Toh, saya tidak berkewajiban membuat semua orang bahagia. Karena bahagia itu tentang rasa, rasa itu kompleks bin absurd.

Tuh kan tulisan ini makin tidak jelas?

     Lebih dua jam saya berpikir hendak menulis apa. Ada beberapa ide terlintas namun urung tuk ditulis. Kekurangan data serta minimnya pengetahuan membuat jari saya enggan mengetiknya.

    Sebenarnya bukan kali ini saja saya buntu ide, beberapa waktu lalu kejadian seperti ini pernah terjadi. Bedanya, waktu itu saya sudah menulis dua halaman, tentang Budaya kalau tak salah. Namun karena saya rasa kurang menarik dan pembahasan yang klise, saya memilih menghapusnya.

     Sempat juga terpikir menghapus tulisan ini, tapi hati saya keberatan. Seolah tidak tega. Tiba-tiba saya teringat sebuah hadist (kalau tak salah) yang mengatakan, "Sesuatu yang dilakukan sungguh-sungguh tidak akan sia-sia." Bunyinya kalau tak keliru seperti itu. Kalau salah silahkan dibenarkan. Saya males konfirmasi kebenaranya. Karena jam sudah memeluk angka dua pagi.

      Rencananya tulisan ini akan saya posting esok hari. Niatnya memberi alternatif bacaan kepada masyarakat maya yang hari-hari terakhir ini menyantap dan memviralkan berita teror yang terjadi di Jakarta.

      Teror yang sejak pertama kali diberitakan telah banyak menipu publik dan menyalahi kode etik jurnalistik. Beberapa media nasional memberitakan bahwa bom juga meledak di beberapa tempat di Jakarta, tapi nyatanya tidak ada. Pelanggaran etika jurnalistik seperti, tidak ada sensor pada korban, tidak adanya ralat atau konfirmasi kesalahan berita juga ikut memperburuk keadaan. Bahkan media internasional sekelas BBC dan Reuters juga termakan berita hoax ini.

      Itu aja sih. Mengenai meme tukang sate atau polisi ganteng saya enggan mengomentari. Saya rasa itu cara tepat menertawakan terorisme. Suatu eskapisme yang ciamik.

      Jika sudah mulai jenuh Anda boleh meninggalkan laman ini dengan mengeklik tanda X di kanan pojok atas layar Anda. Saya tidak mau Anda terbebani dengan tulisan sampah ini. Tapi jika mau meneruskan sampai akhir saya tetap persilahkan. Tapi jangan marah jika ujungnya tak ada yang Anda dapatkan selain deretan kata tak berguna.

      Sampai di sini saya bingung, mau menyelesaikan tulisan ini atau tidur. Padahal saya memiliki tiga tugas makalah yang dalam waktu dekat harus dikumpulkan. Maklum ujian akhirnya bersifat take home. Entah kenapa saya tidak pernah tertarik mengerjakan tugas-tugas kuliah. Sesuatu yang menurut saya membosankan dan tidak berdampak apapun selain nilai. Seolah kuliah hanyalah perkara deretan nilai. Tingginya IPK berbanding lurus dengan lebarnya senyum di waktu wisuda. Itu yang saya lihat setelah beberapa kali ke acara wisuda. "IPK itu candu", "kata teman saya tempo hari.

Weslah, sampai sini aja ngawurnya.

     Sebelum mengakhiri ini, saya ingin bilang. Berpikirlah sebelum tidur, bila perlu tulis pikiran tersebut. Tapi hindari tulisan ngawur seperti seperti ini. Karena selain menyita waktu, juga bisa menjadi sampah peradaban.

1 comment: